Jumat, 24 April 2009

Pengaruh iklim terhadap buah

Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman Buah-Buahan

Pendahuluan
Dalam dunia pertanian banyak sekali aspek-aspek penting yang harus diperhatikan supaya hasil pertanian bisa maksimal, diantaranya adalah tanah, pengendalian hama penyakit, faktor cuaca dan iklim, serta ketersediaan air tanah. Faktor penyebab rendahnya produktivitas buah-buahan, antara lain : kesuburan tanah rendah, kurang sinar matahari, iklim tidak cocok, pertumbuhan vegetatif yang dominan dan air tanah yang berlebihan (sukulen). Kekurangan sinar matahari dapat mempengaruhi terhambatnya pembungaan. Kekurangan cahaya matahari menyebabkan pohon tumbuhnya lebat dan dahan-dahan serta ranting-ranting terlalu rapat, sehingga bunga tidak muncul (Notodimedjo, 1997).
Iklim
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Belakangan ini isu tetang perubahan iklim semakin menghangat seiring dengan semakin seringnya terjadi cuaca ekstrim akibat anomali iklim. Salah satu anomali iklim yang sering berhubungan dengan cuaca ekstrim di Indonesia adalah Anomali El Nino dan La Nina. Salah satu cara untuk mendeteksi kejadian El Nino dan La Nina ini adalah dengan melihat Nilai SOI. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) atau Indeks Osilasi Selatan merupakan nilai perbedaan antara tekanan atmosfer di atas permukaan laut di Tahiti (Pasifik timur) dengan tekanan atmosfer di Darwin (pasafik barat) akibat dari perbedaan temperatur pemukaan laut di kedua wilayah tersebut. Nilai SOI dapat dijadikan patokan terjadinya fenomena El Nino dan La Nina. Suatu keadaan dapat dikatakan telah terjadi El Nino apabila nilai SOI berada dalam posisi minus dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dan begitu sebaliknya untuk menyatakan telah terjadi kejadian La Nina. Semakin negatif nilai SOI berarti semakin kuat kejadian panas (warm event), sebaliknya semakin positif nilai SOI semakin kuat kejadian dingin (cold event)(Effendy, 2001).
El-Nino adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan munculnya arus air laut yang panas dari waktu ke waktu di kawasan Laut Pasifik bagian timur equator sampai kawasan pantai Peru dan Ekuador. Istilah La-Nina merujuk kepada munculnya arus laut dingin (lebih dingin dari kondisi ratarata) di bagian tengah dan timur ekuator Laut Pasifik (kebalikan dari El-Nino) (Effendy, 2001).
Perubahan Iklim yang cepat efeknya pada tetumbuhan, diantaranya:
· Konsentrasi CO2 atmosfir meningkat
· Kenaikan suhu
· Kekacauan siklus hidrologi
· Konsentrasi O3 atau ozon troposfer naik:
Faktor-faktor iklim dan penyakit tumbuhan.
Iklim sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen. Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit. Garret et al. (2006) menyatakan bahwa perubahan iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen. Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30º C (Webster dan Mikkelsen, 1992).
Sementara F. oxysporum pada bawang merah mempunyai suhu pertumbuhan optimum 28-30 º C (Tondok, 2003). Bakteri kresek penularan utamanya adalah melalui percikan air sehingga hujan yang disertai angin akan memperberat serangan. Pada temperatur yang lebih hangat periode inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum ) lebih cepat di banding suhu rendah. Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans lebih berat bila cuaca sejuk (18-22 º C) dan lembab.
Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman inang. Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya akan rentan terhadap penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium. Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus tergantung dari suhu. Dinamika lingkungan biotik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim. Habitat mikro daun atau disebut filoplan mempunyai tingkat kolonisasi ragi (yeast) yang lebih tinggi dibanding akar karena kemampuan mikrob tersebut untuk mentolerir kekeringan. Yeast tersebut berperan penting dalam pengendalian hayati penyakit-penyakit yang menyerang tajuk. Jenis dan kelimpahan cendawan penghuni daun bawang merah yang bersifat saprofitik dipengaruhi oleh curah hujan dan kelembaban udara relatif (Wiyono, 1997).
Curah Hujan
Hujan merupakan faktor penting dalam dunia pertanian, karena dari hujan ini dapat menyediakan air di dalam tanah. Selain itu dengan mengetahui curah hujan dapat diketahui kapan waktu terbaik menanam bibit tanaman buah dan kapan waktu terbaik memanen buah sehingga didapat hasil yang maksimal dalam produksi buah baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Disamping itu dapat mendatangkan bencana bila terlalu besar. Dampak curah hujan yang terlalu besar adalah terjadinya pembusukan pada buah-buahan, rasa buah yang kurang manis karena kurangnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman dan air yang berlebihan sehingga komposisi buah didominasi oleh unsur air sedangkan unsur gula pada daging buah kurang. Oleh karenanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan antara lain: jumlah curah hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan.
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horisontal apabila tidak terjadi proses penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Tinggi air hujan pada bidang seluas 1m² berisi 1 liter atau 100 x 100 x 0,1 = 1 liter. (Misbah, 2008).
Radiasi Matahari
Intensitas radiasi matahari menggambarkan jumlah energi matahari yang sampai pada luasan tertentu dari suatu permukaan pada waktu tertentu, dinyatakan dalam Calori, Joule, Watt/m² dsb. Besar kecilnya intensitas sangat dipengaruhi oleh jarak bumi terhadap matahari, sudut pandang radiasi dan keadaan atmosfer. Periodesitas atau panjang hari menggambarkan lamanya matahari memancarkan sinarnya ke permukaan bumi dalam kurun waktu 24 jam. Periodesitas sangat mempengaruhi energi yang diterima oleh bumi, karena semakin panjang harinya semakin banyak energi yang diterima. Daerah equator mendapat penyinaran sepanjang tahun karena itu daerah equator radiasi matahari merupakan faktor berlimpah. Berdasarkan variasi panjang hari dikenal: a) Hari panjang, yaitu lama penyinaran lebih dari 14 jam dalam satu hari. b) Hari pendek, jika penyinaran kurang dari 10 jam.(Misbah, 2008)
Untuk lebih memahami kebutuhan cahaya matahari, diambil contoh jenis tanaman jeruk. Semua jenis tanaman jeruk, terutama jeruk keprok, tidak menyukai tempat yang terlindungi atau ternaungi. Siraman cahaya matahari yang cukup akan membuat batang jeruk menjadi lebih kuat, mendorong terbentuknya tunas-tunas dan perkembangan buah. Tanaman jeruk yang kekurangan cahaya pertumbuhannya akan terhambat. Bila pada saat buahnya sedang mekar tetapi tanaman hanya sedikit mendapatkan cahaya matahari, maka bunga-bunganya akan mudah rontok. Untuk mencukupi kebutuhan cahaya bagi tanaman, maka lokasi penanaman harus dipilih di tempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Pengaturan jarak tanam harus dibuat tidak terlalu rapat agar antara dahan pohon yang satu dengan pohon lainnya tidak berhimpitan atau tumpang tindih sehingga sinar matahari dapat menembus ke dalam tanaman dan di sekitar tanaman tidak terlalu lembab. (AAK, 1994)
Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi udara adalah nilai nisbi antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suhu dan tekanan tertentu, dinyatakan dalam persen. Kelembaban nisbi berubah dengan tempat dan waktu, menjelang tengah hari kelembaban nisbi berangsur turun kemudian pada siang hari sampai menjelang pagi kelembaban nisbi berubah besar. (Misbah, 2008).
Untuk buah jeruk daerah yang cocok ditanami adalah daerah yang memiliki kadar kelembaban udara rata-rata 70%-80% dalam satu tahunnya. Daerah yang mempunyai udara kering dan kadar kelembaban udaranya rata-rata hanya mencapai 38,5%, masih dapat ditanami jeruk dengan hasil yang cukup baik pula. Sebagian besar kadar kelembaban udara di Indonesia rata-rata 50%-85%, sehingga hal ini tidak akan menimbulkan kendala bagi mereka yang ingin mengembangkan tanaman jeruk secara besar-besaran. (AAK, 1994)
Keadaan kelembaban udara sangat berpengaruh besar terhadap kualitas buah jeruk. Pengaruh yang dapat dirasakan dari kelembaban udara adalah:
§ Buah jeruk akan berkulit tipis
§ Dagingnya halus
§ Air buahnya lebih banyak
§ Rasanya lebih segar
§ Aroma khas jeruk lebih kuat
Daerah–daerah yang mempunyai kadar kelembaban udara rendah dan laju penguapan air tanah melalui tanaman cukup kuat, ternyata tanaman jeruk masih dapat menghasilkan buah dengan baik, asalkan keadaan tanah cukup mengandung air. (AAK, 1994)
Tanah
Saat ini manfaat pengolahan tanah masih sering diragukan.Sebab banyak kenyataan menunjukkan bahwa pengolahan tanah justru membawa akibat yang sangat merugikan, antara lain akan memperbesar terjadinya erosi pada lahan-lahan yang miring, selain itu pengolahan tanah menyebabkan mineralisasi bahan organic tanah akan dipercepat sehingga berakibat kemantapan agregat akan menurun (Ananto, 1987).
Sampai saat ini, masih banyak dijumpai bahwa para petani kurang dapat mengelola limbah pertanian yang melimpah. Sisa-sisa tanaman biasanya dibakar begitu saja, atau dikeluarkan dari lahan pertanian untuk berbagai keperluan. Hal ini jika berlangsung terus menerus akan mengurangi kandungan bahan organic tanah, dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanah yang menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya tanah.
Dari hasil penelitian Kharis (2007) diketahui bahwa rata-rata BO sebelum pemberian mulsa jerami pada tanah 2,80% dan sesudah pemberian mulsa jerami rata-rata 3,53% berarti ada kenaikan 26% hal ini disebabkan adanya pemberian mulsa jerami pada tanah tempat penelitian. Bahan organic tanah merupakan penimbunan, terdiri atas sisa-sisa dan pembentukan baru dari sisa tumbuhan maupun hewan. Bahan ini merupakan sisa yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah, karena itu bahan ini merupakan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharuhi dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi. BO yang dikandung tanah setelah penelitian rata-rata 3,53% akan tetapi pengaruhnya terhadap sifat tanah dan kehidupan tumbuhan jauh lebih besar dibandingkan kandungan yang rendah itu. BO berperan sebagai pembentuk butir(granulator) dari butir-butir mineral, yang menyebabkan terjadinya keadaan gembur pada tanah, disamping itu BO merupakan sumber pokok dari dua unsure Phospor dan Sulfur dan merupakan satu-satunya sumber nitrogen. Terhadap sifat fisik tanah, BO mendorong meningkatkan daya menahan air tanah dan mempertinggi jumlah air yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan.
Kesiapan tanaman untuk menghasilkan bunga dapat dilihat berdasarkan nisbah antara karbohidrat (C) dan Nitrogen (N) (nisbah C/N). Tanaman siap berbunga apabila nisbah C/N meningkat. Pengaturan ini dapat dilakukan melalui beberapa cara (Sunarjono, 1990) antara lain dengan pemangkasan. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas cabang untuk merangsang terbentuknya tunas vegetatif-generatif sehingga bidang percabangan lebih luas dan memungkinkan untuk meningkatkan produksi. Hasil penelitian pengaruh macam pemangkasan pada tanaman mangga menunjukkan bahwa pemangkasan 1 flush tepat pada bukunya memberikan jumlah tunas dan jumlah buah per ranting tertinggi (Purbiati dan Yuniastuti, 1992).
Ketersediaan air tanah
Pembangunan sektor pertanian dewasa ini diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dan tangguh, mengingat kebutuhan hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak mengalami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya air. Kepas (1988) menyatakan bahwa, lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut Suarna (1990) mengemukakan bahwa lahan kering dengan hanya 4-5 bulan basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk hortikultura, walau lahan tersebut potensial untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia tidak terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi penting. Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di bidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, maka 25 teknologi irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan penelitian dan pengkajian yang terbaru.
Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang hampir di seluruh dunia. Merit (1990) melaporkan bahwa irigasi tetes pada tanaman tomat memberikan keuntungan yang sangat nyata dimana disamping efisiensi penggunaan air dapat ditingkatkan, kualitas hasil tomat ternyata juga meningkat. Pada tanaman hortikultura jeruk, Grieve (1988) melaporkan bahwa dengan irigasi tetes produksi jeruk meningkat antara 30 – 40 % dan air irigasi dapat dihemat sampai lebih dari 50 %. Kecenderungan yang sama juga dilaporkan oleh Chalmers (1988) bahwa kesinambungan produksi buah peach dan pear dapat dipertahankan dengan mengatur defisit air di dalam tanah melalui irigasi tetes.









Daftar Pustaka

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius: Yogyakarta.

Buckman,HO.,Nyle C.Brady. l982. The Nature andProperties of Soil. A College Text of Edaphology. Sixth Edition. The Macmillan Company. New York.

Chalmers. D.J. 1988. Manipulating of plant growth by regulating plant water deficit and limiting the wetted zone. Proceedings Fourth International Micro Irrigation Congress, Vol. 1. Albury- Wodonga, Australia. October 23 – 28, 1988

Effendy, Sobri. 2001. Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komoditas Unggulan Pertanian. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Grieve, A.M. 1988. Water use efficiency of micro irrigated citrus. Proceedings Fourth International Micro Irrigation Congress, Vol. 1. Albury- Wodonga, Australia. October 23 – 28, 1988

Kepas. 1988. Pedoman Usaha Tani Lahan kering: Zone Agroekosistem Batuan Kapur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Kharis Triyono, 2007. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Mulsa Terhadap Konservasi Sumber Daya Tanah. INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (11 - 21) 21

Merit, N. 1990. Drip irrigation Management in Salad. Merit & Narka : pengaruh interval pemberian Air Melalui irigasi tetes 32.

Notodimedjo S. 1997. Rekayasa Tanaman Mangga Agar Segara Berbunga. Habitat vol 8 (98): 38-41.

Purbiati dan S. Yuniastuti. 1992. Pengaruh Macam Pemangkasan Terhadap Pertunasan dan Buah Mangga. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Buah-buahan 1991/1992. Sub Balai Penelitian Hortikultura. Malang. 5 hal.

Ruhiyat, Misbah. 2008. Petunjuk Praktikum Klimatologi. Lab. Agronomi Fak. Pertanian UMM. Malang

Suarna, I. M. 1990. Improvement of field System Forage and Food Crop Production in Seasonal Drought Prone Area in Indonesia. Ph. D. Disertation (unpublished) Okayama University Japan.

Sunarjono H.1990. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru.Bandung.209 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar